by 'Ala Kulli Haal
Dalam tafsir khazin khasyiah tafsir bugawi oleh imam 'alaa-uddin ali bin muhammad bin ibrahim albagdad 725 hijriah, dan imam abu muhammad husain bin mas'ud albugawi 516 hijriah, kitabnya jumlahnya 4 jilid, cetakan darul fikr, berkata di dalam kitabnya pada halaman 269 jilid ke 4 baris ke 12 dari atas kitab mengomentari ayat 39 surah an-Najm:
ﻭﻗﺎﻝ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻳﺼﻠﻪ ﺛﻮﺍﺏ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﺑﻪ ﻗﺎﻝ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ
Berkata kumpulan ulama dari ashhabusy syafi'i bahwa bacaan al-qur'an itu sampai pahalanya, dan imam ahmad bin hanbal juga mengatakan:
ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ ﻳﺼﻠﻪ ﺛﻮﺍﺏ ﺍﻟﺠﻤﻴﻊ
Ditambah lagi imam ahmad bin hanbal mengatakan sampai pahalanya, semuanya secara mutlak.
Sedangkan dalam hasyiah tafsir jalalain oleh imam sulaiman al jamal 1206 hijriah, yang jumlah kitabnya 8 jilid, cetakan darul fikr, pada halaman 341 baris ke 12 dari bawah kitab, mengomentari ayat 39 surah an-Najm, beliau menerangkan tafsir ma'ruf al karkhi dan tafsir khatib, bahwa ayat ini khusus untuk kaum sebelum ummat nabi muhammad, khususnya ummat nabi musa dan ibrahim, karena sebelum ayat ini ada disebut 2 nabi, jadi ayat ini di nasakh untuk orang mukmin, sedangkan untuk orang kafir tidak dinasakh, dan beliau juga menambahkan seperti apa yang ada di tafsir khazin di atas, bahwa imam ahmad mengatakan sampai pahalanya.
Sedangkan dalam hasyiah jalalain juga oleh al allamah syekh ahmad bin muhammad ash showi 1175-1241 hijriah yang jumlahnya 4 jilid, cetakan darul kutub, mengomentari ayat 39 surah an-Najm pada halaman 110 baris ke 6 dari bawah kitab:
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺗﻘﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ:ﻣﻦ ﺍﻋﺘﻘﺪ ﺃﻥ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻻ ﻳﻨﺘﻔﻊ ﺇﻻ ﺑﻌﻤﻠﻪ ﻓﻘﺪ ﺣﺮﻕ ﺍﻹﺟﻤﺎﻉ ﻭﺫﻟﻚ ﺑﺎﻃﻞ ﻣﻦ ﻭﺟﻮﻩ ﻛﺜﻴﺮ ﺃﺣﺪﻫﺎ ﺃﻥ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻳﻨﺘﻔﻊ ﺑﺪﻋﺎﺀ ﻏﻴﺮﻩ ﻭﻫﻮ ﺍﻧﺘﻔﺎﻉ ﺑﻌﻤﻞ ﺍﻟﻐﻴﺮ
Di sini ada 11 pembahasan tentang perkataan ibnu taimiyah (ibnu taimiyah mengikuti imam ahmad bin hanbal) bahwa sampainya pahala membca al-qur'an kepada mayit.
Sedangkan dalam tafsir ruuhul ma'aani oleh al allamah abul fadhl, syihabuddin sayid mahmud al alusi 1270 hijriah, yang jumlah kitabnya 16 jilid, cetakan darul kutub, beliau mengomentari ayat 39 surah an-Najm pada baris ke 7 dari bawah kitabnya di halaman 65 menuju ke halaman 66 jilid ke 14, salah satu nash nya:
ﻭﺫﻫﺐ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ ﻭﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻭﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺇﻟﻰ ﺃﻧﻪ ﺗﺼﻞ،ﻓﺎﻻﺧﺘﻴﺎﺭ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﻘﺎﺭﺉ ﺑﻌﺪ ﻓﺮﺍﻏﻪ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻭﺻﻞ ﺛﻮﺍﺏ ﻣﺎ ﻗﺮﺃﺗﻪ ﺇﻟﻰ ﻓﻼﻥ
Sedangkan dalam tafsir ibnu katsir (abul fida ibnu katsir addimisyqi) 774 hijriah, jumlah kitabnya 4 jilid, cetakan darul kutub beliau mengomentari ayat 39 surah an-Najm di jilid ke 4 halaman 236 baris ke 16 dari bawah kitab, memang beliau mengatakan bahwa imam syafi'i berkata bahwa tidak sampai pahala itu:
ﻭﺃﻥ ﻟﻴﺲ ﻟﻺﻧﺴﺎﻥ ﺇﻻ ﻣﺎ ﺳﻌﻰ ﺃﻱ ﻛﻤﺎ ﻻ ﻳﺤﻤﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺯﺭ ﻏﻴﺮﻩ ﻛﺬﻟﻚ ﻻ ﻳﺤﺼﻞ ﻣﻦ ﺍﻷﺟﺮ ﺇﻻ ﻣﺎ ﻛﺴﺐ ﻫﻮ ﻟﻨﻔﺴﻪ ﻭﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﺍﻟﻜﺮﻳﻤﺔ ﺍﺳﺘﻨﺒﻂ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻣﻦ ﺍﺗﺒﻌﻪ ﺃﻥ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻻ ﻳﺼﻞ ﺇﻫﺪﺍﺀ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻷﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻣﻦ ﻋﻤﻠﻬﻢ ﻭﻻ ﻛﺴﺒﻬﻢ ﻭﻟﻬﺬﺍ ﻟﻢ ﻳﻨﺪﺏ ﺇﻟﻴﻪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻣﺘﻪ ﻭﻻ ﺣﺜﻬﻢ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻻ ﺃﺭﺷﺪﻫﻢ ﺇﻟﻴﻪ ﺑﻨﺺ ﻭﻻ ﺇﻳﻤﺎﺀﺓ ﻭﻟﻢ ﻳﻨﻘﻞ ﺫﻟﻚ ﻋﻦ ﺃﺣﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺧﻴﺮﺍ ﻟﺴﺒﻘﻮﻧﺎ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺑﺎﺏ ﺍﻟﻘﺮﺑﺎﺕ ﻳﻘﺘﺼﺮ ﻓﻴﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺼﻮﺹ ﻭﻻ ﻳﺘﺼﺮﻑ ﻓﻴﻪ ﺑﺄﻧﻮﺍﻉ ﺍﻷﻗﻴﺴﺔ ﻭﺍﻵﺭﺍﺀ
tetapi di akhirnya beliau berkomentar lagi:
ﻓﺄﻣﺎ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﺬﺍﻙ ﻣﺠﻤﻊ ﻋﻠﻰ ﻭﺻﻮﻟﻬﻤﺎ ﻭﻣﻨﺼﻮﺹ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ
Alhasil bacaan al-qur'an yang dihadiahkan kepada mayit itu sampai. Menurut imam syafi'i pada waktu beliau masih di madinah dan di baghdad, qaul beliau sama dengan imam malik dan imam hanafi, bahwa bacaan al-qur'an tidak sampai ke mayit, tetapi setelah beliau pindah ke mesir, beliau ralat perkataan itu dengan mengatakan bacaan al-qur'an yang dihadiahkan ke mayit itu sampai dengan ditambah berdoa "Allahumma awshil tsawabahaa....dst", lalu murid beliau imam ahmad dan kumpulan murid-murid imam syafi'i yang lain berfatwa bahwa bacaan al-qur'an sampai secara mutlak, walaupun tanpa doa (dengan syarat orang itu sendiri yang membaca al-qura'n, bukan dari hasil rekaman, atau sejenisnya. Jika dari kaset hasil rekaman, maka semua mazhab mengatakan tidak sampai pahalanya itu. Karena itu imam syafi'i dan ashhab beliau mensyaratkan ada doa untuk minta sampaikan pahalanya, sedangkan kaset rekaman itu tidak mungkin, karena orang yang membcanya tidak hadir langsung untuk menghadiahkan bacaan al-qur'an tersebut)
Apakah yang dimaksud shodaqah itu?
Dalam hadist arbain nawawi hadist nomor 26:
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﻞ ﺳﻼﻣﻰ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻠﻴﻪ ﺻﺪﻗﺔ ﻛﻞ ﻳﻮﻡ ﺗﻄﻠﻊ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﺗﻌﺪﻝ ﺑﻴﻦ ﺍﺛﻨﻴﻦ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﺗﻌﻴﻦ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻓﻲ ﺩﺍﺑﺘﻪ ﻓﺘﺤﻤﻠﻪ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﺍﻟﻜﻠﻤﺔ ﺍﻟﻄﻴﺒﺔ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﺑﻜﻞ ﺧﻄﻮﺓ ﺗﻤﺸﻴﻬﺎ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﺗﻤﻴﻂ ﺍﻷﺫﻯ ﻋﻦ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﺻﺪﻗﺔ
Liatlah dlm hadist ada perkataan, kalimat thoyibah
Ibnu hajar haitami dalam kitab beliau fathul mubin halaman 450 cetakan darul minhaj pada baris ke 8 dari bawah kitab, mengatakan bahwa kalimat thoyibah ini adalah setiap zikir, termasuk juga al-qur'an, karena nama al-qur'an juga ada azzikru:
ﺇﻧﺎ ﻧﺤﻦ ﻧﺰﻟﻨﺎ ﺍﻟﺬﻛﺮ ﻭﺇﻧﺎ ﻟﻪ ﻟﺤﺎﻓﻈﻮﻥ
Termasuk dalam zikir adalah tahlil, tahmid, tasbih dan sholawat. Semua itu termasuk shadaqah yang bisa dihadiahkan kepada mayit, termasuk juga doa untuk mayit.
Adapun dalil untuk 3 hari,7 hari, 25 hari, 40 hari dan100 hari hingga haul:
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻫﺪﻳﺔ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ:ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺪﻓﻨﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻨﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻟﻒ ﻋﺎﻡ
Nawawi dalam Syarah Nawawi Ala shahih Muslim Juz 1 halaman 90 menjelaskan:
ﻣﻦ ﺃﺭﺍﺩ ﺑﺮ ﻭﺍﻟﺪﻳﻪ ﻓﻠﻴﺘﺼﺪﻕ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻓﺎﻥ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺗﺼﻞ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﻳﻨﺘﻔﻊ ﺑﻬﺎ ﺑﻼ ﺧﻼﻑ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻭﻫﺬﺍ ﻫﻮ ﺍﻟﺼﻮﺍﺏ ﻭﺃﻣﺎ ﻣﺎ ﺣﻜﺎﻩ ﺃﻗﻀﻰ ﺍﻟﻘﻀﺎﺓ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﻟﻤﺎﻭﺭﺩﻯ ﺍﻟﺒﺼﺮﻯ ﺍﻟﻔﻘﻴﻪ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻰ ﻓﻰ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﺍﻟﺤﺎﻭﻯ ﻋﻦ ﺑﻌﺾ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﻣﻦ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻻ ﻳﻠﺤﻘﻪ ﺑﻌﺪ ﻣﻮﺗﻪ ﺛﻮﺍﺏ ﻓﻬﻮ ﻣﺬﻫﺐ ﺑﺎﻃﻞ ﻗﻄﻌﻴﺎ ﻭﺧﻄﺄ ﺑﻴﻦ ﻣﺨﺎﻟﻒ ﻟﻨﺼﻮﺹ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﺟﻤﺎﻉ ﺍﻻﻣﺔ ﻓﻼ ﺍﻟﺘﻔﺎﺕ ﺍﻟﻴﻪ ﻭﻻ ﺗﻌﺮﻳﺞ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺼﻮﻡ ﻓﻤﺬﻫﺐ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻰ ﻭﺟﻤﺎﻫﻴﺮ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺼﻞ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺍﻻ ﺍﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺼﻮﻡ ﻭﺍﺟﺒﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻓﻘﻀﺎﻩ ﻋﻨﻪ ﻭﻟﻴﻪ ﺃﻭ ﻣﻦ ﺃﺫﻥ ﻟﻪ ﺍﻟﻮﻟﻲ ﻓﺎﻥ ﻓﻴﻪ ﻗﻮﻟﻴﻦ ﻟﻠﺸﺎﻓﻌﻰ ﺃﺷﻬﺮﻫﻤﺎ ﻋﻨﻪ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺼﻠﺢ ﻭﺃﺻﺤﻬﻤﺎ ﺛﻢ ﻣﺤﻘﻘﻰ ﻣﺘﺄﺧﺮﻯ ﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﺃﻧﻪ ﻳﺼﺢ ﻭﺳﺘﺄﺗﻰ ﺍﻟﻤﺴﺄﻟﺔ ﻓﻰ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﺼﻴﺎﻡ ﺍﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺃﻣﺎ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﺎﻟﻤﺸﻬﻮﺭ ﻣﻦ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻰ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺼﻞ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ ﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﻳﺼﻞ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﺫﻫﺐ ﺟﻤﺎﻋﺎﺕ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﻰ ﺃﻧﻪ ﻳﺼﻞ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺛﻮﺍﺏ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺼﻮﻡ ﻭﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻭﻓﻰ ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ ﻓﻰ ﺑﺎﺏ ﻣﻦ ﻣﺎﺕ ﻭﻋﻠﻴﻪ ﻧﺬﺭ ﺃﻥ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺃﻣﺮ ﻣﻦ ﻣﺎﺗﺖ ﺃﻣﻬﺎ ﻭﻋﻠﻴﻬﺎ ﺻﻼﺓ ﺃﻥ ﺗﺼﻠﻰ ﻋﻨﻬﺎ ﻭﺣﻜﻰ ﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﺤﺎﻭﻯ ﻋﻦ ﻋﻄﺎﺀ ﺑﻦ ﺃﺑﻰ ﺭﺑﺎﺡ ﻭﺍﺳﺤﺎﻕ ﺑﻦ ﺭﺍﻫﻮﻳﻪ ﺃﻧﻬﻤﺎ ﻗﺎﻻ ﺑﺠﻮﺍﺯ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺃﺑﻮ ﺳﻌﺪ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻫﺒﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺃﺑﻰ ﻋﺼﺮﻭﻥ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻳﻦ ﻓﻰ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﺍﻻﻧﺘﺼﺎﺭ ﺍﻟﻰ ﺍﺧﺘﻴﺎﺭ ﻫﺬﺍ ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻻﻣﺎﻡ ﺃﺑﻮ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﺒﻐﻮﻯ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻓﻰ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﺍﻟﺘﻬﺬﻳﺐ ﻻ ﻳﺒﻌﺪ ﺃﻥ ﻳﻄﻌﻢ ﻋﻦ ﻛﻞ ﺻﻼﺓ ﻣﺪ ﻣﻦ ﻃﻌﺎﻡ ﻭﻛﻞ ﻫﺬﻩ ﺇﺫﻧﻪ ﻛﻤﺎﻝ ﻭﺩﻟﻴﻠﻬﻢ ﺍﻟﻘﻴﺎﺱ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻭﺍﻟﺤﺞ ﻓﺎﻧﻬﺎ ﺗﺼﻞ ﺑﺎﻻﺟﻤﺎﻉ ﻭﺩﻟﻴﻞ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻰ ﻭﻣﻮﺍﻓﻘﻴﻪ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺃﻥ ﻟﻴﺲ ﻟﻼﻧﺴﺎﻥ ﺍﻻ ﻣﺎ ﺳﻌﻰ ﻭﻗﻮﻝ ﺍﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﺫﺍ ﻣﺎﺕ ﺍﺑﻦ ﺁﺩﻡ ﺍﻧﻘﻄﻊ ﻋﻤﻠﻪ ﺍﻻ ﻣﻦ ﺛﻼﺙ ﺻﺪﻗﺔ ﺟﺎﺭﻳﺔ ﺃﻭ ﻋﻠﻢ ﻳﻨﺘﻔﻊ ﺑﻪ ﺃﻭ ﻭﻟﺪ ﺻﺎﻟﺢ ﻳﺪﻋﻮ ﻟﻪ
Barang siapa yang ingin berbakti pada ayah ibunya maka ia boleh bersedekah atas nama mereka (kirim amal sedekah untuk mereka), dan sungguh pahala shadaqah itu sampai pada mayyit dan akan membawa manfaat atasnya tanpa ada ikhtilaf diantara muslimin, inilah pendapat terbaik, mengenai apa apa yang diceritakan pimpinan Qadhiy Abul Hasan Almawardiy Albashriy Alfaqiihi Assyafii mengenai ucapan beberapa Ahli Bicara (semacam wahabiy yang hanya bisa bicara tanpa ilmu) bahwa mayyit setelah wafatnya tak bisa menerima pahala, maka pemahaman ini batil secara jelas dan kesalahan yang diperbuat oleh mereka yang mengingkari nash-nash dari al-qur’an dan hadits dan ijma' ummat ini, maka tak perlu ditolelir dan tak perlu diperdulikan.
Namun mengenai pengiriman pahala shalat dan puasa, maka madzhab Syafii dan sebagian ulama mengatakannya tidak sampai kecuali shalat dan puasa yang wajib bagi mayyit, maka boleh di qadha oleh wali nya atau orang lain yang diizinkan oleh walinya, maka dalam hal ini ada dua pendapat dalam Madzhab Syafii, yang lebih masyhur hal ini tak bisa, namun pendapat kedua yang lebih shahih mengatakan hal itu bisa, dan akan kuperjelas nanti di Bab Puasa. Insya Allah Ta ’ala.
Mengenai pahala Al-Qur’an menurut pendapat yang masyhur dalam madzhab Syafii bahwa tak sampai pada mayyit, namun adapula pendapat dari kelompok Syafii yang mengatakannya sampai, dan sekelompok besar ulama mengambil pendapat bahwa sampainya pahala semua macam ibadah, berupa shalat, puasa, bacaan Alqur ’an, ibadah dan yang lainnya, sebagaimana diriwayatkan dalam shahih Bukhari pada Bab : “Barang siapa yang wafat dan atasnya nadzar” bahwa Ibn Umar memerintahkan seorang wanita yang wafat ibunya yang masih punya hutang shalat agar wanita itu membayar (meng qadha) shalatnya, dan dihikayatkan oleh Penulis kitab Al Hawiy, bahwa Atha bin Abi Ribah dan Ishaq bin Rahawayh bahwa mereka berdua mengatakan bolehnya shalat dikirim untuk mayyit, telah berkata Syeikh Abu Sa ’ad Abdullah bin Muhammad bin Hibatullah bin Abi Ishruun dari kalangan kita (berkata Imam nawawi dengan ucapan : “kalangan kita” maksudnya dari madzhab syafii) yang muta’akhir (dimasa Imam Nawawi) dalam kitabnya Al Intishar ilaaIkhtiyar bahwa hal ini seperti ini. (sebagaimana pembahasan diatas), berkata Imam Abu Muhammad Al Baghawiy dari kalangan kita dalam kitabnya At Tahdzib: Tidak jauh bagi mereka untuk memberi satu Mudd untuk membayar satu shalat (shalat mayyit yang tertinggal) dan ini semua izinnya sempurna, dan dalil mereka adalah Qiyas atas Doa dan sedekah dan haji (sebagaimana riwayat hadits-hadits shahih) bahwa itu semua sampai dengan pendapat yang sepakat para ulama.
Dan dalil Imam syafii adalah bahwa firman Allah : “dan tiadalah bagi setiap manusia kecuali amal perbuatannya sendiri ” dan sabda Nabi saw: “Bila wafat keturunan adam maka terputus seluruh amalnya kecuali tiga, shadaqah Jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya ”. (Syarh Nawawi Ala Shahih Muslim Juz 1 hal 90) Semoga bermanfaat