'aLa Kulli Haal *)
Siapakah yang sesat dalam memaham Hadist Nabi? Jawabannya, wahabilah yang paling sesat dalam memaham hadist nabi karena mereka memahami tanpa ilmu yang memadai, dan fahaman mereka hanya dengan akal yang didasari terjemah.
Simaklah tulisanku di bawah ini:
وبسندي المتصل إلى الإمام مسلم النيسابوري قال حدثني محمد بن المثنى حدثنا عبد الوهاب بن عبد المجيد عن جعفر بن محمد عن أبيه عن جابر بن عبد الله قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا خطب احمرت عيناه وعلا صوته واشتد غضبه حتى كأنه منذر جيش يقول صبحكم ومساكم ويقول بعثت أنا والساعة كهاتين ويقرن بين إصبعيه والسبابة والوسطى ويقول
أما بعد فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة ثم يقول أنا أولآ بكل مؤمن من نفسه من ترك مالا فلأهله ومن ترك دينا أو ضياعا فإلي وعلي
Lihat apa komentar Imam Nawawi (lahir 631 wafat 676 hijriah, beliau wafat di umur 40 tahun, tapi karangan tulisan ilmu beliau melebihi umur 100 tahun dibanding kita sekarang, imam termuda yang wafat di usia muda):
وقال النووي في شرح المسلم قوله وكل بدعة ضلالة هذا عام مخصوص والمراد غالب البدع
Perkataan hadits setiap bid'ah itu sesat, ini adalah umum yang dikhususkan, yang dikehendaki di sini adalah kebanyakan bid'ah, bukan semua bid'ah itu sesat.
قال أهل اللغة : هي كل شيئ عمل على غير مثال سابق
Berkata ahli lughat, ia bid'ah adalah setiap sesuatu yang dikerjakan berdasarkan atas tiada contoh sebelumnya.
قال العلماء البدعة خمسة أقسام: واجبة ومندوبة ومحرمة ومكروهة ومباحة
Berkata ulama: bermula bid'ah ada 5 bagian, wajib, sunnat, haram, makruh dan mubah.
Setelah kalimat di atas imam nawawi mencontohkan yang wajib, sunat, dan seterusnya, saya tidak menulis karena sudah masyhur, maka langsung ke kalimat akhirnya saja:
وقد أوضحت المسألة بأدلتها المبسوط في تهذين الأسماء واللغات
Dan telah aku jelaskan masalah ini dengan dalil-dalil pembahasan yang panjang dalam kitab tahzinil asma wallugat
فإذا عرف ما ذكرته علم أن الحديث من العام المخصوص
Maka bila sudah diketahui tentang yang aku sebutkan itu, dapat diketahuilah bahwa hadist kullu bid'ah itu dari umum yang di khususkan.
وكذا ما أشبهه من الأحاديث الواردة
Dan seperti itu juga (umum yang dikhususkan ) pada hadits-hadits yang datang dari rasul yang menyerupai kullu itu tadi.
ويؤيد ما قلناه قول عمر بن الخطاب في التراويح نعمت البدعة
Dan menguatkan apa yang kami katakan itu oleh perkataan umar bin khattab pada masalah tarawih, ni'matil bid'ah (sebagus-bagus bid'ah)
ولا يمنع من كون الحديث عاما مخصوصا قوله: كل بدعة مؤكد بكل بل يدخله التخصيص مع ذلك كقوله تعالى تدمر كل شيء بأمر ربها
Dan sama sekali tidak ada tegahan, tidak ada sanggahan atau tidak ada penolakan dari keadaan ini hadist umum yang dkhususkan, perkataan kullu bid'ah yang dikuatkan dengan kalimat kullu (juga difahami semua bid'ah itu sesat) tetap masuk besertanya takhsis, seperti firman Allah ta'ala:
تدمر كل شيء
Untuk lebih jelasnya tentang umum yang di khususkan,simak dbawah ini:
Pembagian afrod bid'ah:
1. bid'ah sayyi-ah, dan ini mempunyai afrod-afrod juga
2. bid'ah hasanah, dan ini mempunyai afrod-afrod juga
3. bid'ah duniawi, dan ini juga mempunyai afrod-afrod
4. bid'ah lugawi, dan ini juga punya afrod-afrodnya
كل بدعة ضلالة
Kullu di sini menurut para imam muhadditsin di antaranya imam nawawi, adalah 'AMM MAKHSUSH.
Apakah itu 'amm makhsus ?
'amm : lafazh yang menyeluruhi nya tanpa batas
Khos : membatasi umum atas sebagian afrod-afrodnya
Secara nahwu pada bab idhofat pun ini adalah idhofat mahdhoh, apabila kalimat beridhofat kepada nakirah,maka membri faidah takhsish, (dari keseluruhan bid'ah, ada yang terkhususkan, seperti bid'ah hasanah, bid'ah duniawi, bid'ah lugawi. Dan yang lbh khusus lagi bid'ah dalam hadist nabi itu maksudnya bid'ah sayyi-ah, inilah yang semuanya sesat).
Secara mantiqiah memberi faidah aks pada kaif dan kam nya (tidak semua afrod bid'ah itu sesat, tapi cuma di antara sebagian afrod dari afrodnya semuanya sesat, yaitu bid'ah sayyi-ah, sedangkan bid'ah duniawi, lugawi maupun hasanah, ini adalah afrod-afrod yang terkeluar (tertakhsis) dari kullu.
Secara ilmu balagah (bayan, ma'aani, badi') pun juga sama, karena menyandarkan dholalah kepada seluruh bid'ah tanpa kecuali itu tidak bisa terjadi fil kharij Karena tidak bisa di balik kalimat itu dengan:
كل ضلالة بدعة
Seandainya bisa di balik seperti ini maka boleh dmaknakan umum:
كل بدعة ضلالة
كل ضلالة بدعة
Tapi pada kenyataan nya tidak semua bid'ah itu sesat karena ada afrod-afrod yang tertakhsis yaitu bid'ah duniawi, hasanah dan lugawi.
Secara lugawi, bid'ah adalah menciptakan sesuatu yang tidak ada contoh sebelum nya.
Secara syari'at, bid'ah adalah suatu amalan yang tidak dicontohkan oleh pembawa syari'at.
Jika kita memakai makna umum pada kalimat kullu bid'ah dholalah, maka seharusnya afrod afrod bid'ah itu termasuk ke dalam kullu seperti bid'ah lugawi, bid'ah syar'i dan bid'ah duniawi. Tentu makna ini akan merusak tata susunan peradaban dunia, dan orang orang di dunia sekarang ini seluruhnya sesat.
Lalu solusinya tetap tidak bisa diumumkan secara menyeluruh:
كل بدعة ضلالة
Walaupun dalam teks hadist tidak terdapat istisna nya, maupun pentakhsish secara ittishol, maknanya tetap tidak bisa dikatakan umum.
Kalimat كل بدعة bisa dikatakan:
1. mubtada
2. musnad ilaih
3. mahkum 'alaih
4. maudhu'
Sdgkan kalimat ضلالة bisa dikatakan:
1. khobar
2. musnad
3. mahkum bihi
4. mahmul
Lalu bisa juga yang dimaksud bid'ah dalam hadist nabi diatas adalah afrod dari afrod-afrod bid'ah sayyi-ah,yang memang tidak ada dasar pengambilan dari al-Qur’an, hadist, ijma’, qiyas, tetapi membuat hukum dengan akal mereka sendiri, seperti yang dilakukan kaum wahabi.
Maka tidak termasuk (terkeluarlah) dari kesesatan pada afrod-afrod bid'ah yang hasanah dengan dalil
من سن في الإسلام سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها من بعده من غير أن ينقص من أجورهم شيئ
ومن سن في الإسلام سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها من بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيئ
أو كما قال النبي
Dan juga tidak termasuk sesat pada afrod-afrod bid'ah duniawi dengan dalil:
أنتم أعلم بأمور دنياكم أو كما قال النبي
Dan juga tidak termasuk sesat pada bid'ah lugawi seperti qaul sayidina umar:
نعمت البدعة هي
(dengan catatan apabila sayyidina umar menunjukan bid'ah itu maksud beliau secara lugawi, tetapi pada kenyataannya ucapan beliau pada suatu ibadah dalam agama yaitu tarawih).
Semua pembagian bid'ah ini bergantung pada qa'idah ijtihadiah, memandang dari mashlahat dan mudharatnya.
*) Penulis adalah Santri di Pondok Martapura, Kalimantan Selatan. Murid al-‘Alimul ‘Allamah asy-Syaikh Muhammad Zaini bin Abdul Ghoni, Sekumpul, Martapura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar